Klik Me...

Featured Video

Kamis, 04 Oktober 2012

Ketua Adalah Pembantu, Pemimpin Adalah Pelayan


Menjadi seorang pemimpin adalah impian bagi sebagian orang. Tak terkecuali oleh mereka yang sedang berada di masa remaja. Menjadi seoprang pemimpin menjadi idaman bagi sebagian masyarakat. Bahkan mereka melakukan berbagai macam cara dan jalan untuk bisa menjadi seorang pemimpin. Terkadang bahkan menggunakan cara-cara yang tak lazim. 

          Namun apakah kita sadar, menjadi seorang pemimpin berarti sebuah tanggung jawab yang sangat besar. Jika kita mengingat sebuah ajaran bahwa setiap manusia adalah pemimpin (bagi dirinya sendiri), dan kelak di hari kemudian mereka akan dimintai pertanggungjawabannya sebagai seorang pemimpin, maka menjadi pemimpin ummat tentulah sangat berat, terlebih ketika kita akan dimintai pertanggungjawaban dari segenap rakyat yang dipimpin.
 Mengingat betapa beratnya menjadi seorang pemimpin, tak mengherankan jika Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib menangis ketika terpilih menjadi pemimpin ummat islam pada masanya. Tak mengherankan pula ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun mengatakan suatu amanat yang sangat berat dan berpotensi menimbulkan fitnah ketika beliau terpilih untuk menjadi khalifah. Bahkan beliau juga menyatakan bahwa menjadi seorang pemimpin merupana suatu musibah baginya, dan rentan terjerumus ke neraka karena besarnya beban menjadi seorang pemimpin.

Ketika sebagian orang ingn menjadi seorang pemimpin, karena ingin di “wah”, ingin dihormati, ataupun ingin disanjung, tak ada salahnya jika kiranya pada tulisan kali ini kita mencoba merubah paradigma kita bagaimana sebenarnya hakikat dari seorang pemimpin itu.
Ketika masa kuliah, banyak sekali bermunculan para pemimpin organisasi kemahasiswaan yang rata-rata menjadi sangat congkak dan merasa dirinya lebih dari sekedar “orang biasa/mahasiswa biasa” karena statusnya sebagai seorang ketua. Namun, tidak halnya dengan prinsip yang aku anut selama ini. Walaupun tidak pernah menjadi seorang pemimpin utama (SMA hanya menjadi Wakil Ketua OSIS, waktu kuliah menjadi Manajer Koperasi Mahasiswa Unit Komputer, dan Ketua II Dewan Perwakian Mahasiswa), namun tetaplah prinsip harus ditegakkan.
Dalam pemikiranku (dan seharusnya dalam pemikiran setiap orang yang menjadi pemimpin dimanapun mereka berada), menjadi seorang pemimpin haruslah ingat 2 hal yakni “Ketua adalah pembantu, dan Pemimpin adalah pelayan”. Jika mereka menerapkan pemikiran ini dalam mindsetnya, ketika menjadi seorang pemimpin, maka arogansi, kecongkakan karena merasa derajatnya lebih tinggi daripada orang lain tak akan pernah muncul.

Menjadi seorang ketua, haruslah mempersiapkan diri menjadi seorang pelayan bagi mereka yang berada dibawah perintahnya. Begitu juga menjadi seorang pemimpin, harus mampu dan bersedia melayani kependtingan masyarakat yang dipimpinnya. Karena ketika kita terpilih menjadi ketua ataupun pemimpin, mereka yang berada dibawah kita akan menjadi tanggung jawab kita dalam hal apapun. Kita tidak hanya bertanggung jawab atas diri kita sendiri, namun juga bertanggung jawab atas orang lain.
Namun, tak perlu takut menjadi seorang pemimpin, karena dalam sejarah pun banyak kita temui pemimpin yang layak dicontoh. Kita bisa mencontoh pola kepemimpinan yang ada dalam diri Nabi Muhammad SAW, yang menyandang sebagai pemimpin terbesar sepanjang sejarah manusia, Pola Kepemimpinan Khulafaur Rsayidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Umar Bin Abdul Aziz yang memimpin dengan penuh keadilan. Bahkan kita juga bisa menemukan sosok pemimpin hebat di masa jauh setelah khulafaur Rasyidin seperti Harun Al-Rasyid, Muhammad Al Fatih (Muhammad The Conqueror), khalifah dinasti Utsmaniyyah Turki yang memimpin penaklukan konstantinopel (Istanbul), Sholahuddin Al- Ayyubi (Saladin) pemimpin Pejuang Islam dalam perang Salib, dst.
Bahkan dalam dunia modern kita juga mengenal banyak pemimpin bijak semacam Mahatma Gandhi dari India, Martin Luther King Jr, El-Che Guevara, Abraham Lincoln, Presiden Uruguay (Amerika Latin) yang memberikan 90% gajinya kepada kaum miskin, dan yang terbaru adalah Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Republik Revolusioner Iran. Presiden iran yang sederhana, dan tidak pernah mau mengambil gajinya sebagai seorang presiden.

Jika menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang bijak, karena pada hakikatnya, “Ketua Adalah Pembantu, dan Pemimpin Adalah Pelayan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mungkin Anda Juga Harus Baca

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...